Sudahkah kita peduli ?


Membaca artikel di detik.com kemarin, tentang seorang ibu hamil yang meninggal bersama janinnya, yang disusul anak bungsunya yang berumur 5 tahun karena diare akut dan kelaparan, tidak mampu membeli beras, membuat saya merasa nelangsa dan meneteskan air mata.
Betapa Indonesiaku yang kaya raya tidak mampu berbuat banyak terhadap rakyatnya yang (masih banyak) miskin papa. Kejadian di Makasar itu menyisakan pertanyaan bagi saya, sejauh mana demokrasi (lokal) yang digembar-gemborkan akan meningkatkan kualitas kesejahteraan rakyatnya? Ibu itu (semoga Allah Ta'ala memberikan ganjaran surga atas kemiskinan dan penderitaannya), harus hidup dengan menyewa petak rumah yang atas kebaikan hati pemiliknya dibebaskan dari biaya sewa. Suaminya hanya seorang buruh dan harus menghidupi 4 anaknya. Si ibu tengah hamil sehingga tidak bisa bekerja membantu pendapatan rumah tangga. Kadang ia membeli beras 1 liter untuk 3 hari dengan dimasak menjadi bubur, tanpa lauk dan asupan gizi yang lain. Ia enggan untuk sekedar berhutang di warung dan lebih mementingkan uang dari suaminya meski sedikit. 1 liter beras untuk 6 jiwa selama 3 hari, di Indonesia kita? TRAGIS!

Sebelumnya ada berita juga seorang anak yang mati bunuh diri di Madiun karena sakit maag akut... dan miskin! Ia nekat mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri lantaran tidak tahan dengan penyakit maag-nya (karena jarang makan) dan kemiskinannya (ibunya katanya bekerja di Sumatera, meninggalkan ia sejak kecil dan tidak pernah mengirim uang atau kabar, bapaknya buruh tani yang diperas tenaganya sejak pagi buta sampai senja dengan hasil yang tak seberapa).
Siapa yang harus bertanggung jawab atas semua ini?

Kita tidak bisa menyalahkan kemiskinan atau kemalasan mereka karena pada dasarnya mereka hidup pada sebuah sistem yang digerakkan oleh mereka-mereka yang memiliki otoritas (baca: POLITISI dan BIROKRAT!). Bagi saya mereka ini yang patut bertanggung jawab atas semua kejadian ini... yang menunjukkan bagaimana tidak becusnya mereka mengelola sistem.. mengelola negara ini!
Di mana janji-janji kampanye yang pernah berbuih busa dilontarkan? Di mana sumpah jabatan... DEMI ALLAH... yang mereka semua ucapkan saat menjelang memangku otoritas publik?

Banyak di antara tetangga - tetangga saya yang cengengesan ketika melakukan sumpah jabatan... banyak juga pendahulu saya yang bercerita aneka rupa trik saat mengucapkan sumpah itu... bagi saya semua itu sungguh mengenaskan. Orang-orang terpilih untuk menjadi abdi negara dan masyarakat, baik eksekutif, legislatif maupun yudikatif, banyak juga yang menganggap enteng amanah ini. Seolah sumpah jabatan hanya formalitas.. toh sistem kita selama ini juga begini, nggak perlu menjadi idealis atau sok pahlawan!

Apa yang bisa kita harapkan dari mental (penjabat) seperti ini ?
Kadang kita nggak boleh bergantung 100 % kepada para penjabat kita. Kita, sebagai sistem kecil dalam masyarakat mesti mampu berswadaya sendiri. Caranya ya kita PEDULI dengan lingkungan kita, menghidupkan nadi terkecil mulai dari RT dengan kegiatan-kegiatan yang produktif. Juga peduli kalo ada tetangga yang kekurangan... coba kalo satu RT saling peduli.. mau bantu yang lemah/kurang, bisa jadi contoh di RW, menjalar ke RW lain... bisa jadi contoh sebuah keswadayaan komunitas. Insya Allah nggak akan ada lagi orang yang mati karena kelaparan sebab semua orang peduli dengan sesamanya satu sama lain. Ajaran agama manapun juga mengharuskan kita menyisihkan sebagian penghasilannya untuk orang lain, ya untuk keperluan semacam ini misalnya.
Jika kita peduli... atau paling tidak mau memulai untuk peduli.. akan banyak permasalahan bangsa ini bisa kita selesaikan, dimulai dengan kepedulian kecil kepada sesama di sekitar kita.
#Sudahkah kita peduli?

Share this:

Penulisan markup di komentar
  • Untuk menulis huruf bold silahkan gunakan <strong></strong> atau <b></b>.
  • Untuk menulis huruf italic silahkan gunakan <em></em> atau <i></i>.
  • Untuk menulis huruf underline silahkan gunakan <u></u>.
  • Untuk menulis huruf strikethrought silahkan gunakan <strike></strike>.
  • Untuk menulis kode HTML silahkan gunakan <code></code> atau <pre></pre> atau <pre><code></code></pre>, dan silahkan parse dulu kodenya pada kotak parser di bawah ini.
Show Parser Box

Disqus CommentsLoadHide