Sebagai orang Jawa ada sedikit keberuntungan /luck berkaitan dengan apa yang disebut dengan roso-pangroso alias bagaimana merasakan kehidupan melalui hati, mata batin. Banyak orang bilang... durung Jowo, ora Jowo... ya karena belum bisa melihat dan merasakan dengan mata hati. Bener atau salah nggak tahu ya.. wong saya juga cuma nglakoni.
Yang jelas Jawa itu kaya dengan nilai-nilai hidup yang luar biasa, bagaimana kita menyeimbangkan antara jagat gedhe dan cilik, alam semesta dengan alam kita sebagai pribadi yang memang harus selaras .. harmonis , karena dipercaya masing-masing memiliki kekhasan dan keterkaitan. Bagi orang Barat yang lebih suka menggunakan akalnya maka fenomena bencana, gunung meletus, banjir, tsunami, gempa dan lain sebagainya disebabkan oleh sesuatu yang bisa dijelaskan secara ilmiah dan gamblang, misalnya karena tekanan lava, ketidakseimbangan daya tangkap air, lingkungan yang buruk, pergeseran bebatuan bumi di bawah laut... tapi bagi orang Jawa mesti ada pertanda dan fenomena alam yang terjadi. Biasanya berkait dengan kuasa Tuhan, Gusti Kang Agawe Jagad, kekuasaan, wahyu ... bukan semata gejala alam biasa tapi ada hal yang merupakan sebab-akibat.
Inilah yang menjelaskan mengapa orang Jawa sangat fanatik dengan apa yang dinamakan dengan tanda-tanda alam, setiap kejadian biasanya merupakan tetenger akan terjadinya sesuatu. Kebetulan sekarang mantan presiden Suharto sedang tergolek lemah karena sakit bahkan sedang pada kondisi kritis. Fenomena alam seperti longsornya lereng Gunung Lawu dimaknai sebagai tanda akan segera berakhirnya kehidupan seorang Suharto mengingat Pak Harto pernah mendapatkan gegaman atau pusaka pegangan dari Gunug Lawu. Wallahu'alam.
Sumeleh adalah sikap tawakal yang diambil oleh orang Jawa menghadapi kehidupan ini. Pasrah dan tawakal setelah berupaya dengan menyerahkan semuanya termasuk hasilnya kepada Tuhan. Ini dibarengi dengan sikap positif mengantisipasi kehidupan seperti sabar, ikhlas dan menerima dengan lapang dada. Jadi dalam menghadapi hidup ini tidak nggoyo, jeaolous, iri hati ... melihat teman atau tetangga, saudara mendapat kesenangan, keberhasilan atau membeli barang baru ... dapat rejeki .. kita tidak ikut kemrungsung dan panas hati karena yakin akan kuasa Gusti Allah sebab orang sudah mendapatkan jatahnya masing-masing. Mau orang lain kaya dari hasil usaha atau korupsi kita tidak bingung karena yakin jatah rejeki kita sudah ada dan diatur dengan sangat adilnya.
Yo wes sumeleh wae ... sabar ... amargo gusti ora sare ..
(Tawakal saja, sabar ... karena Tuhan selalu melihat kita).