Salah satu keluhan yang sering dikemukakan oleh remaja putri adalah hubungan mereka dengan orangtua, khususnya dengan ibu yang dianggap kurang memahami diri mereka. Ibu cenderung kuno, kaku, menuntut, menaruh curiga, dan menganggap mereka masih anak kecil. Ibu juga sering mengeluh mengenai remaja putri mereka yang kurang patuh, kurang disiplin, dan mulai berani melawan.
Remaja adalah mereka yang berada pada rentang usia tiga belas sampai delapan belas tahun. Pada masa ini, remaja termasuk remaja putri mengalami gejolak emosi dan ketidakseimbangan yang di dalamnya mencakup storm and stress. Ketidakseimbangan terutama karena keadaan emosi yang labil membuat ibu sulit untuk memahami remaja putri yang dapat berakhir dengan terjadinya konflik.
Konflik adalah ketidaksesuaian antara tujuan-tujuan, minat dari dua atau lebih individu, kelompok, atau unit, yang diikuti perilaku yang cenderung melukai, merusak, atau membuat frustrasi lawannya. Penyelesaian konflik perlu dilakukan baik oleh remaja putri maupun ibu karena jika tidak diselesaikan dengan baik maka konflik dapat muncul kembali dan mengakibatkan renggangnya hubungan antara mereka.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran konflik remaja putri dengan ibunya, mengetahui penyebab konflik remaja putri dengan ibunya, bentuk-bentuk konflik remaja putri dengan ibunya, dan cara penyelesaian konflik remaja putri ketika menghadapi konflik dengan ibunya. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian studi kasus. Kasus terdiri dari tiga remaja putri yang bersekolah di kelas satu SMA St. Theresia. Kredibilitas penelitian dilakukan dengan cara melakukan triangulasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga kasus mengalami konflik dengan ibunya yang muncul dalam bentuk mencuat ( masalah sudah teridentifikasi namun belum ada penyelesaian ) dan tertampil ( masing-masing pihak saling berselisih secara aktif dan ada yang sudah mencapai negosiasi tetapi ada yang mengalami jalan buntu ). Penyebab konflik yaitu komunikasi, nilai-nilai, struktur, dan sejarah. Konflik diselesaikan oleh remaja putri dengan cara bersikap tidak acuh, menekan, dan menyelesaikan. Pada bagian akhir dari penulisan ini disarankan agar adanya berbagai bentuk pendampingan bagi remaja putri yang dapat dilakukan oleh konselor sekolah. Misalnya, melalui konseling pribadi, konseling kelompok, ceramah.. Orangtua diharapkan mendapat seminar, pelatihan, terapi keluarga, atau acara ?family day? agar relasi mereka harmonis sehingga mampu semakin memahami remaja putrinya serta terjalin keakraban diantara mereka. Hal terakhir diharapkan agar konselor sekolah memperoleh informasi mengenai konflik yang terjadi antara remaja putri dengan ibu sehingga dapat memberikan pelayanan yang lebih tepat guna jika membantu remaja putri yang mengalami konflik dengan ibunya.
Remaja adalah mereka yang berada pada rentang usia tiga belas sampai delapan belas tahun. Pada masa ini, remaja termasuk remaja putri mengalami gejolak emosi dan ketidakseimbangan yang di dalamnya mencakup storm and stress. Ketidakseimbangan terutama karena keadaan emosi yang labil membuat ibu sulit untuk memahami remaja putri yang dapat berakhir dengan terjadinya konflik.
Konflik adalah ketidaksesuaian antara tujuan-tujuan, minat dari dua atau lebih individu, kelompok, atau unit, yang diikuti perilaku yang cenderung melukai, merusak, atau membuat frustrasi lawannya. Penyelesaian konflik perlu dilakukan baik oleh remaja putri maupun ibu karena jika tidak diselesaikan dengan baik maka konflik dapat muncul kembali dan mengakibatkan renggangnya hubungan antara mereka.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran konflik remaja putri dengan ibunya, mengetahui penyebab konflik remaja putri dengan ibunya, bentuk-bentuk konflik remaja putri dengan ibunya, dan cara penyelesaian konflik remaja putri ketika menghadapi konflik dengan ibunya. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian studi kasus. Kasus terdiri dari tiga remaja putri yang bersekolah di kelas satu SMA St. Theresia. Kredibilitas penelitian dilakukan dengan cara melakukan triangulasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga kasus mengalami konflik dengan ibunya yang muncul dalam bentuk mencuat ( masalah sudah teridentifikasi namun belum ada penyelesaian ) dan tertampil ( masing-masing pihak saling berselisih secara aktif dan ada yang sudah mencapai negosiasi tetapi ada yang mengalami jalan buntu ). Penyebab konflik yaitu komunikasi, nilai-nilai, struktur, dan sejarah. Konflik diselesaikan oleh remaja putri dengan cara bersikap tidak acuh, menekan, dan menyelesaikan. Pada bagian akhir dari penulisan ini disarankan agar adanya berbagai bentuk pendampingan bagi remaja putri yang dapat dilakukan oleh konselor sekolah. Misalnya, melalui konseling pribadi, konseling kelompok, ceramah.. Orangtua diharapkan mendapat seminar, pelatihan, terapi keluarga, atau acara ?family day? agar relasi mereka harmonis sehingga mampu semakin memahami remaja putrinya serta terjalin keakraban diantara mereka. Hal terakhir diharapkan agar konselor sekolah memperoleh informasi mengenai konflik yang terjadi antara remaja putri dengan ibu sehingga dapat memberikan pelayanan yang lebih tepat guna jika membantu remaja putri yang mengalami konflik dengan ibunya.